Selasa, 18 Desember 2012

SEKELUMIT SEJARAH KESULTANAN TERNATE

Kata “Ternate” dalam sebuah kamus Bahasa Ternate yang di susun oleh Drs. Rusli Andi Atjo disebutkan sebagai tara no ate, berarti turun kebawah dan pikatlah dia, maksudnya turun dari tempat yang tinggi (gunung atau kayangan) untuk memikat para pendatang supaya mau menetap di pantai (negeri ini). Kata tara juga berarti kebawah (arah selatan); ini berarti bahwa letak/posisi Kota Ternate pertama adalah dibagian selatan pulau Gapi. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta, 1994. Jilid 16 : 208) disebutkan bahwa sebelum agama Islam masuk ke pulau ini, orang Ternate terbagi atas 4 (empat) kelompok, yaitu : 1). Tubo – mendiami puncak gunung Gamalama; 2). Tobona – mendiami daratam tinggi Faramadiyahi; 3). Tabanga – mendiami daerah hutan; 4). Toboleu – mendiami daerah pesisir pantai.
Didalam setiap kelompok itu terdapat beberapa kekerabatan yang disebut soa dan dipimpin oleh Kepala Soa, sedangkan beberapa Kepala Soa  menjadi satu kesatuan yang dipimpin oleh Momole. Momole dengan kata lain juga disebut mahluk halus. Kata Momole berasal dari kata Tomole yang artinya kesungguhan dalam tindakan. Momole ini berjumlah empat orang yang masing-masing bernama: 1). Duturo Malamo yang bertugas menjaga langit agar tidak runtuh; 2). Bala Malamo yang bertugas untuk menerangi bumi; 3). Tolu Malamo yang bertugas menjaga keselamatan bumi; dan 4). Hai Malamo yang bertugas menjaga ketertiban bumi.
Keempat Momole yang ada di Ternate itu menjadi satu konfederasi yang dipimpin oleh Kolano (Raja), dan Kolano pertama dari kerajaan Ternate adalah Cico Baiguna alias Baab Mashur Malamo dari Foramadiyahi. Dalam tugasnya Kolano dibantu oleh beberapa Bobato dan Badan Penasehat. Disamping itu terdapat Dewan Adat yang dipimpin oleh Soasio dan Sangaji. Setelah agama Islam mulai dihayati, maka struktur  kepemimpinan Kolano (kerajaan) berubah menjadi Kesultanan dan sebutan Kolano menjadi Sultan. Meskipun demikian, masyarakat adat Ternate memandang Kolano adalah sosok yang lebih pada aras yang memiliki kesan ”gaib”, sedangkan Sultan adalah penguasa kerajaan yang bercorak Islam.
Dalam struktur Kolano ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor pemersatu, sedangkan dalam Kesultanan, agama Islamlah yang menjadi faktor pemersatu. Dalam struktur kesultanan disamping terdapat lembaga-lembaga tradisional, dijumpai pula lembaga-lembaga keagamaan, dst. Kota Ternate termasuk salah satu kota tertua di dunia, karena kota ini telah ada sebelum abad pertengahan dan menjadi pusat imperium Islam terbesar Indonesia Timur sekaligus sebagai kota perdagangan dan pusat pemerintahan. Dengan kata lain, Ternate adalah kota perdagangan yang menarik minat dan kedatangan bangsa Asia seperti Arab, Gujarat dan  Cina serta bangsa Eropa seperti Belanda (22 Mei 1599), Inggris (14 November 1579) dan Spanyol yang tiba di Tidore 18 November 1521. Sekelumit gambaran terkait hal itu dapat dirinci sebagai berikut:
1.   Tahun 1202 menurut “Hikayat Rua dan Ake Sibu (Ake Rica) bahwa di abad 13 tersebut di Ternate datang seorang Syeh dari Arab dan tiba di Rua.
2.   Tahun 1250, pada tahun ini merupakan saat penting dalam sejarah awal Ternate, karena: a) Pada masa itu Ternate telah didatangi oleh para pendatang; b) Saat dimana dilantiknya Kolano Mansur Malamo; c) telah ada transaksi perdagangan dengan dunia luar.
3.   Di tahun 1257 terjadi permusyawaratan beberapa Soa yaitu; a). Soa Tobona, yang terletak disekitar puncak gunung Gamalama yang merupakan Soa tertua di pulau Ternate dan dipimpin oleh seorang “momole” yang disebutkan bernama Guna; b). Soa Foramadiahi. Kepala Soanya adalah Molematiti; c). Soa Sampalo, yang dikepalai oleh Cico, dan; d). Soa Gamlamo. Keempat Soa ini melakukan sebuah permusyawaratan yang melahirkan pembentukan Kerajaan Ternate, dengan raja pertamanya adalah Cico. Sebagai raja ia bergelar “Kolano” dan berkuasa hingga 1272.. Ini menandakan bahwa sejak 1257 telah terdapat sebuah pusat pemerintahan yang berada di Sampalo sebuah kerangka masyarakat modern mulai diletakkan dan dibangun melalui cara-cara dan mekanisme yang demokratis.
4.   Tahun 1500 pada masa pemerintahan Sultan Bayan Sirullah dimana pusat pemerintahan dipindahkan ke Soa Sio, dan pada tanggal 24 Juni 1522 Sultan Bayan Sirullah mengizinkan bangsa kolonial Portugis untuk membangun benteng di Ternate yang merupakan tonggak dimulainya hubungan Kerajaan Ternate dengan bangsa asing. Tahun 1522 juga telah terbentuk sebuah komunitas yang beragam seperti Bugis, Cina Jawa, Melayu, bahkan bangsa asing seperti Spanyol dan Portugis) sebagai sebuah ciri kota dan telah memiliki hubungan dagang dengan dunia Internasional.
Sebagai kota tua yang terletak di daerah pesisir disesuaikan dengan alasan geografis, strategi, dan ekonomi dan keamanan. Jadi Kota Ternate adalah kota pesisir/dekat pantai karena peran transportasi saat itu adalah transportasi laut untuk kemudahan distribusi barang dan jasa memiliki bandar atau tempat berlabuh kapal-kapal dagang dan lain-lain. Suatu kota bisa terbangun dengan berbagai pertimbangan rasionil berdasarkan perencanaan seperti kota moderen, ada pula kota yang  terbangun tanpa di rencanakan tapi karena letaknya yang strategis dan menjadi pusat distribusi barang dan jasa kemudian berkembang menjadi kota yang berfungsi sebagai sentra ekonomi di suatu kawasan tertentu.
Ternate sebagai kota tua yang telah ada sebelum abad pertengahan berfungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan budaya dan terus mengalami proses perkembangan dalam beberapa periodesasi serta terus mengalami perpindahan lokasi dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah pulau Ternate itu sendiri. Berawal dari Tobona yang terletak dekat puncak pegunungan, kemudian pusat pemukiman berpindah ke daerah sekitar lereng gunung dataran tinggi (Foramadiahi) dan kini di dataran rendah (Limau Soki-soki). Foramadiahi sebelum tahun 1610 menjadi pusat Kesultanan dan ditempat ini bertahta 23 Sultan yakni dari Cico Baiguna alias Baab Mashur Malamo sampai Sultan Saiduddin dan 20 Gubernur Portugis di benteng Nostra Senhora de Rosario dan Foramadiahi menjadi simpul perdagangan jalur sutera pada masa itu.
Kota secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan strategis yang ditempati oleh keragaman komonitas manusia dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan atau sentra  ekonomi dan memiliki fasilitas pablik yang lebih baik untuk pelayanan warganya.  Kota moderen merupakan sentra ekonomi dan para warganya mengandalkan pendapatan dari sektor jasa dan perdagangan. Timbulnya suatu kota karena memiliki letak yang strategis, ditetapkan sebagai pusat pemerintahan atau berfungsi sebagai simpul distribusi barang dan jasa, memiliki tempat khusus yang sering dikunjungi oleh manusia secara rutin kemudian menetap dan membangun pemukiman disekitarnya. Istilah kota di Indonesia telah mengalami perkembangan makna sepanjang masa, pada mulanya pengertian kota hanya dibatasi pada sebuah wilayah/lokasi dimana terdapat benteng pertahanan atau menunjukan sebuah pemukiman yang dikelilingi oleh tembok yang membedakannya dengan pemukiman.
Kota dalam bahasa Ternate identik dengan kata Limau yang berarti tempat konsentrasi manusia dan orang gaib (terdapat idiom gaib) seperti Kota Mum nama lainnya adalah Limau Jojo tempat konsentrasi gaib karena memiliki idiom gaib begitu pula kota Jin di Sahu Halmahera Barat. Kota Mado di Hiri. Contoh lain Limau Soki-soki tempat konsentrasi manusia di Soa-Sio Ternate dan Limau Timore “Tempat konsentrasi manusia di Soa Sio Tidore”, sama halnya dengan Soa Sio di Loloda. Bahkan dalam sebagian pandangan masyarakat adat Ternate memandang bahwa hadirnya para Wali Songo ditanah Jawa yang dikenal dengan 9 (sembilan) Sunan tak lebih dari apa yang dipahami mereka sebagai Soa Sio di tanah Jawa yang keseluruhannya berasal dari keturunan Moloku Kie Raha. Soa dalam pandangan ini bermakna sebagai “Marga” besar yang menjadi sebuah persekutuan dalam kehidupan bermasyarakat. Jikalau yang demikian benar adanya maka sungguh Ternate khususnya dan negeri Moloku Kie Raha merupakan kota pusaka di Nusantara yang penuh kejayaan dan kegemilangan dimasa lalu sehingga patut dikaji sebagai bagian sejarah peradaban manusia yang patut dirayakan oleh masa depan.
Sumber : Rinto Taib, Msi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar